Header

3/12/2010

Changing The Setback Into Victory

Hidup sering kali menjatuhkan tangan besi terhadap kita. Setiap kali kita mengalami kemunduran, itu adalah peluang bagi kita untuk mengubahnya menjadi kemenangan, seperti yang diilustrasikan oleh kisah karya Brad Lemley dari majalah Paradise berikut ini:

"Yang penting bukanlah apa yang terjadi padamu dalam hidup ini, melainkan bagaimana responsmu terhadap kejadian itu", begitulah kata W. Mitchell, seorang jutawan sekaligus pembicara yang banyak dicari orang, mantan walikota, yang hobinya naik rakit di sungai serta terjun parasut. Dan ia mencapai semuanya ini setelah mengalami kecelakaan.

Kalau kamu pernah melihat Mitchell, pasti kamu tidak percaya. Wajahnya tambal sulam, jari-jari kedua tangannya putus, dan kakinya yang lumpuh menjadi kurus kering dan tidak berguna di balik celana panjangnya. Mitchell berkata terkadang orang bertanya-tanya, bagaimana ia terluka. Kecelakaan mobil? Perang Vietnam? Kisahnya ternyata lebih menakjubkan daripada yang bisa dibayangkan orang. Tanggal 19 Juni 1971, ia berada di puncak dunia. Hari sebelumnya, ia baru membeli sebuah motor yang indah. Pagi itu, ia menaiki motornya untuk pertama kalinya. Ia masih muda, sehat, dan populer.

"Sore itu, saya naik motor ke tempat kerja", katanya mengingat-ingat, "dan di persimpangan, saya bertabrakan dengan sebuah truk binatu. Sikut saya hancur, pinggul saya retak, dan tangki bensin motor saya terbuka. Bensinnya tumpah, panas mesin menyulutnya, dan 65% tubuh saya terbakar". Untungnya, seseorang di dekat sana buru-buru menyemprot Mitchell dengan pemadan kebakaran dan menyelamatkan nyawanya.

Tetapi tetap saja wajah Mitchell hangus terbakar, jari-jarinya hangus dan bengkok, kakinya tinggal daging mentah. Sudah biasa orang yang baru pertama kali membesuknya malah jatuh pingsan.

Selama lebih dari 4 bulan, ia menjalani 13x transfusi, 16 operasi tambal sulam, dan beberapa operasi lainnya. 4 tahun kemudian, setelah melewatkan waktu berbulan-bulan di pusat rehabilitasi dan belajar menyesuaikan diri dengan cacatnya, yang tak terbayangkan pun terjadi. Mitchell mengalami kecelakaan pesawat, dan lumpuh dari pinggang ke bawah. "Ketika saya bilang bahwa saya mengalami 2x kecelakaan terpisah", katanya, "orang yang mendengarnya tidak tahan".

Setelah kecelakaan pesawatnya yang membuatnya lumpuh, Mitchell ingin bertemu dengan seorang pasien berusia 19 tahun di tempat latihan di rumah sakit. Dia ini juga lumpuh. Ia tadinya orang yang aktif di luar ruang, dan yakin hidupnya sudah berakhir. Akhirnya saya datang kepadanya dan saya bilang, "Tahu tidak? Sebelum semuanya ini terjadi pada saya, ada 10.000 hal yang bisa saya lakukan. Sekarang tersisa 9.000. Saya bisa sih menghabiskan sisa hidup saya menyesali 1.000 yang sudah hilang itu, tetapi saya memilih untuk memfokuskan pada 9.000 yang tersisa".

Kata Mitchell, rahasianya ada 2. Pertama adalah kasih dan dorongan dari teman-teman dan keluarga, dan kedua adalah filsafat pribadi yang telah diambilnya dari berbagai sumber. Ia sadar bahwa ia tidak perlu sepaham dengan masyarakat bahwa sesorang harus ganteng dan sehat baru bahagia. "Sayalah yang mengendalikan pesawat saya sendiri", katanya dengan empati. "Sayalah yang bisa membuat diri bersemangat atau loyo". Saya bisa memilih memandang situasi saya sebagai suatu kemunduran atau malah titik permulaan".

Walaupun kemunduran kita tidaklah separah nasib Mitchell, kita semua pasti akan kebagian. Kamu mungkin ditinggalkan pacar, kamu mungkin pernah sakit parah, atau mungkin pernah tidak diterima di sekolah pilihanmu. Saya harap dan percaya kamu akan bersikap proaktif dan kuat di saat-saat menentukan itu.

Oleh karena itu jangan menjadi orang yang Reaktif, jadilah Proaktif. Orang-orang reaktif membuat pilihan-pilihannya menurut dorongan hati. Mereka seperti sekaleng soda. Kalau kehidupan mengocoknya sedikit saja, tekanannya menumpuk dan tiba-tiba mereka meledak. Orang-orang proaktif membuat pilihan-pilihannya menurut nilai-nilai. Mereka berpikir sebelum bereaksi. Mereka sadar bahwa mereka tidak bisa mengendalikan segala yang terjadi kepada mereka, tetapi mereka bisa mengendalikan reaksi mereka. Tidak seperti orang reaktif yang penuh karbon, orang proaktif ibarat air. Dikocok seperti apapun, dibuka tutupnya, takkan terjadi apa-apa. Takkan terdengar suara mendesis, takkan ada gelembung, takkan ada tekanan. Tetap tenang, dingin, dan terkendali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Leave your comment here...