Header

Tampilkan postingan dengan label china. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label china. Tampilkan semua postingan

7/13/2012

Yangtze Finless Porpoise "Tears"


Gambar yang dikenal dengan sebutan air mata ikan lumba-lumba ini diambil pada tanggal 20 Mei tahun lalu ketika populasi Yangtze menderita dari kekeringan yang sangat serius. Kedalaman air di Tian Ezhou Yangtze Dolphin Nature Reserve, satu-satunya tempat penanganan ikan lumba-lumba Yangtze di Cina, kurang dari 3 meter dan di beberapa tempat lain bahkan kurang dari 2 meter yang tentunya sangat mengancam kehidupan ikan lumba-lumba yang ada di sana. Di dalam gambar tampak staf dari Institut Hidrobiologi, Akademi Ilmu Pengetahuan Cina dan Tian Ezhou Yangtze Dolphin Nature Reserve sedang membantu mengevakuasi lumba-lumba tersebut.

"Air mata" dari ikan lumba-lumba tersebut memang bukanlah air mata sungguhan, melainkan semacam cairan sekresi. "Ketika ikan lumba-lumba mendapatkan stimulasi, mereka akan mensekresikan semacam cairan." kata Ding Wang, seorang ahli ikan lumba-lumba air tawar dari Institut Hidrobiologi, Akademi Ilmu Pengetahuan Cina. Meskipun bukan air mata, tetapi cairan tersebut adalah reaksi dari kecemasan dalam tubuh lumba-lumba. "Kita juga mencemaskan keberadaan mereka." lanjutnya.


Gadis pada gambar di atas adalah seorang pelajar ketika dia mengunjungi Institut Hidrobiologi.

Ikan lumba-lumba Yangtze adalah sub spesies dari keluarga ikan lumba-lumba yang hidup di air tawar. Di Danau Dongting, penduduk sekitar biasa memanggilnya "JiangZhu". Zhu dalam Bahasa Cina berarti piggy, seekor binatang yang merepresentasikan keberuntungan dan kemakmuran untuk orang Cina.


Ikan lumba-lumba Yangtze memiliki senyuman alami di wajah mereka dan mereka adalah salah satu hewan tercerdas di bumi ini, dengan tingkat kecerdasan yang sebanding dengan gorila. Dan mereka sangat bersahabat dengan manusia.

Salah seorang nelayan senior mengatakan bahwa "JiangZhu" adalah teman bermain terbaik saat mereka kecil. Hewan pemalu ini menyukai bermain dengan semprotan di belakang perahu, mungkin terdengar seperti bunyi peluit.

Biasanya, setiap hari ketika nelayan melaut, dua atau tiga ikan lumba-lumba Yangtze akan mengikuti perahu mereka dan bermain gembira. Ketika badai besar akan datang, mereka akan menari di permukaan air untuk mengingatkan para nelayan. Tetapi semua itu sekarang hanyalah legenda.

10 tahun yang lalu, masih terdapat 1200 ekor lumba-lumba Yangtze di Danau Dongting, tahun 2008 angka tersebut turun menjadi 200 ekor. Pada tahun 2009, sebuah investigasi oleh WWF dan Institut Hidrobiologi menyebutkan hanya tersisa kurang dari 150 ekor. Maret 2012 yang lalu tersisa 85 ekor. Dari 3 April sampai dengan 15 April 2012, 12 ekor tewas! Apa langkah selanjutnya?

Para ahli memperkirakan bahwa jika tidak ada tindakan, 73 ekor lumba-lumba Yangtze yang tersisa mungkin meninggal dalam waktu beberapa tahun. Pemerintah setempat seharusnya bertanggung jawab atas fenomena ini dan harus melakukan tindakan serius sebelum spesies yang sangat bersahabat dengan manusia ini punah.

Source: yangtzefinlessporpoise.weebly

5/02/2012

Live Fish and Turtles Sold as Keychains in China


Di stasiun bawah tanah Sihui di Beijing, kura-kura jenis Brazilian & ikan hidup dijadikan gantungan kunci. Sovenir ini sangat ramai dibeli. Kelompok pelindung binatang memprotes dan melakukan pencekalan dan menyebut sovenir ini sebagai bentuk penyiksaan hewan yang murni. Sayangnya, belum ada hukum untuk perlindungan hewan yang bisa mencegah penjualan sovenir ini.

Gantungan ini berukuran panjang sekitar 7 cm berbentuk kapsul dari plastik yang berisi air berwarna-warni & juga terdapat seekor kura-kura Brazil atau 2 ekor ikan kecil jenis Kingfish di dalamnya. Si penjual menjelaskan bahwa air berwarna yang ada di dalam gantungan kunci itu memiliki semacam ‘gizi’, jadi hewan yang ada di dalamnya bisa bertahan hidup selama berbulan-bulan. Gantungan kunci ini laris bak kacang goreng, bahkan dalam 5 menit, 10 buah gantungan kunci sudah terjual.


Seorang pembeli berumur kira kira 30 tahun mengatakan gantungan kunci itu kelihatan cantik & bisa membawa keberuntungan. Memang di Cina, kura-kura merupakan salah satu hewan yang dianggap membawa keberuntungan. Tapi ada juga pembeli yang membeli gantungan kunci itu lalu melepaskan hewan di dalamnya karena merasa kasihan.

Menurut Mary Peng, pendiri International Center for Veterinary Services, ikan dan kura-kura tidak akan bertahan hidup lama di dalam kantong plastik yang tertutup rapat karena sudah pasti akan kehabisan oksigen. Kelompok perlindungan hewan menentang keras penjualan gantungan kunci ini. Direktur NGO Capital Animal Welfare Association, Qin Xiaona menyatakan bahwa menaruh benda hidup di dalam tempat kecil yang tersegel & terbatas untuk tujuan memperoleh keuntungan sangat tidak bermoral & benar-benar merupakan salah satu bentuk nyata penyiksaan terhadap binatang. Tapi, Cina hanya memiliki Wild Animal Protection Law. Jadi jika hewan-hewan tersebut bukan hewan liar, mereka tidak termasuk dalam cakupan undang-undang tersebut. Xiaona melanjutkan jika hukum perlindungan hewan tidak bisa diharapkan, maka secara mendesak, Cina perlu undang-undang baru yang mengatur undang-undang anti penyiksaan terhadap hewan. Sementara itu, Xiaona sibuk meminta orang-orang untuk tidak membeli gantungan kunci ini dengan alasan jika tidak ada yang membeli, pasar gantungan kunci ini akan mati & dengan sendirinya, produksi souvenir ini akan berhenti.

Source: satwaunik

11/23/2011

Flight Attendant Diary - The Story


Seorang ayah tua yang datang dari desa, membopong sekantung ketela merah kering menempuh jarak jauh pergi menjenguk anaknya yang sedang kuliah di Beijing, tindak tanduknya selama di pesawat telah membuat seorang pramugari yang baik hati menjadi terenyuh. Pramugari tersebut menuliskan rasa harunya itu ke dalam buku harian dan disebar luaskan di internet, “Buku Harian Sang Pramugari” ini dengan cepat telah membuat puluhan ribu Netter terharu…

Saya adalah seorang pramugari biasa dari Eastern Airlines, karena masa kerja saya belum lama, jadi belum menjumpai masalah besar yang tidak bisa dilupakan, setiap hari terlewati dengan hal-hal kecil yaitu menuangkan air dan menyuguhkan teh. Tidak ada kegairahan dalam bekerja, sangatlah hambar.

Tapi hari ini, tanggal 7 Juni, saya telah menjumpai suatu kejadian yang merubah pemikiran saya terhadap pekerjaan dan pandangan hidup.

Hari ini kami melakukan penerbangan dari Shanghai ke Beijing, penumpang saat itu sangat banyak, satu unit pesawat terisi penuh.

Di antara rombongan orang yang naik pesawat ada seorang paman tua dari desa yang tidak menarik perhatian, dia membopong satu karung goni besar di punggungnya, dengan membawa aroma tanah yang khas dari pedesaan.

Saat itu saya sedang berada di depan pintu pesawat untuk menyambut para tamu, pikiran pertama yang menghampiri saya saat itu adalah masyarakat sekarang ini sudah sangat makmur, bahkan seorang paman tua dari desa pun memiliki uang untuk naik pesawat, sungguh royal.

Ketika pesawat sudah mulai terbang datar, kami mulai menuangkan air, hingga tiba di baris kursi ke 20-an, terlihat paman tua tersebut, dia duduk dengan sangat hati-hati, tegak tidak bergerak sama sekali, karung goninya juga tidak diletakkan di tempat bagasi bawaan, tingkah si paman tua itu menggendong karung goni besar sekilas seperti rak penyangga bola dunia (globe), tegak seperti patung.

Saat ditanya mau minum apa, dengan gugup dia menggoyang-goyangkan tangannya dan berkata tidak mau. Saat hendak dibantu untuk menyimpan karungnya di tempat bagasi dia juga menolak. Terpaksa kami biarkan dia menggendong karung tersebut.

Beberapa saat kemudian tiba waktunya untuk membagikan makanan, kami mendapatkan bahwa dia masih duduk dengan tegak dan tidak bergerak sama sekali, kelihatannya sangat gelisah, saat diberi nasi, dia tetap saja menggoyangkan tangannya menolak tanda tidak mau.

Karenanya kepala pramugari datang menghampirinya dengan ramah menanyakan apakah dia sedang sakit. Dengan suara lirih dia berkata ingin ke toilet tapi dia tidak tahu apakah boleh berkeliaran di dalam pesawat, dia takut merusak barang-barang yang ada di dalam pesawat.

Kami memberitahu dia tidak ada masalah dan menyuruh seorang pramugara mengantarkannya ke toilet. Saat menambahkan air untuk kedua kalinya, kami mendapati dirinya sedang mengamati penumpang lain minum air sambil terus menerus menjilat-jilat bibirnya sendiri, karenanya kami lantas menuangkan secangkir teh hangat dan kami letakkan di atas mejanya tanpa bertanya kepadanya.

Siapa sangka tindakan kami ini membuat ia sangat ketakutan dan berkali-kali ia mengatakan tidak perlu, kami pun berkata kepadanya minumlah jika sudah haus. Mendengar demikian dia melakukan tindakan yang jauh lebih mengejutkan lagi, buru-buru dia mengambil segenggam uang dari balik bajunya, semuanya berupa uang koin satu sen-an, dan disodorkan kepada kami.

Kami mengatakan kepadanya bahwa minuman ini gratis, dia tidak percaya. Dia sepanjang perjalanan beberapa kali ia masuk ke rumah orang untuk meminta air minum tetapi tidak pernah diberi, bahkan selalu diusir dengan penuh kebencian.

Akhirnya kami baru mengetahui ternyata demi menghemat uang, sepanjang perjalanannya ia sebisa mungkin tidak naik kendaraan dan memaksakan diri berjalan kaki hingga mencapai kota terdekat dengan bandara, barulah dia naik taksi ke bandara, bekal uangnya tidak banyak, maka dia hanya bisa meminta air minum dari depot ke depot sepanjang perjalanan yang dilewatinya. Sayang sekali dia sering sekali diusir pergi, orang-orang menganggapnya pengemis.

Kami menasihatinya selama beberapa waktu lamanya hingga akhirnya dia mau mempercayai kami, duduk, lalu perlahan-lahan meminum tehnya. Kami menanyakan apakah dia lapar, maukah memakan nasi, dia masih tetap saja mengatakan tidak mau.

Dia bercerita bahwa ia memiliki 2 orang putra, keduanya bisa diandalkan dan sangat berguna, keduanya diterima di perguruan tinggi, yang bungsu sekarang kuliah di semester 6, sedangkan si sulung telah bekerja.

Kali ini dia ke Beijing menjenguk anak bungsunya yang sedang kuliah. Karena anak sulung sudah bekerja bermaksud menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersamanya di kota, akan tetapi kedua orang tuanya tidak terbiasa, mereka hanya menetap beberapa waktu lamanya lalu kembali lagi ke desa.

Kali ini karena anak sulungnya tidak ingin sang ayah susah payah naik angkutan, maka dibelikanlah tiket pesawat khusus bagi ayahnya dan bermaksud menemani ayahnya untuk berangkat bersama dengan pesawat karena sang ayah tidak pernah menumpang pesawat sebelumnya, ia sangat khawatir ayahnya tidak mengenali jalan. Akan tetapi ayahnya mati-matian tidak mau naik pesawat karena beranggapan bahwa hal tersebut adalah suatu pemborosan.

Akhirnya setelah bisa dinasihati sang ayah tetap bersikukuh untuk berangkat sendirian, tidak mau anaknya memboroskan uang untuk membeli selembar tiket lagi.

Dia membopong sekarung ketela merah kering yang diberikan pada anak bungsunya. Ketika pemeriksaan sebelum naik ke pesawat, petugas mengatakan bahwa karungnya itu terlalu besar, dan memintanya agar karung itu dimasukkan ke bagasi, namun dia mati-matian menolak, dia bilang takut ketelanya hancur, jika hancur anak bungsunya tidak mau makan lagi. Kami memberitahu dia bahwa barang bawaannya aman jika disimpan disitu, dia berdiri dengan waspada dalam waktu lama, kemudian baru diletakkannya dengan hati-hati.

Selama dalam perjalanan di pesawat kami sangat rajin menuangkan air minum untuknya, dan dia selalu dengan sopan mengucapkan terima kasih. Tapi dia masih bersikukuh tidak mau makan. Walaupun kami tahu perut si paman tua sudah sangat lapar. Sampai menjelang pesawat akan mendarat, dia dengan sangat berhati-hati menanyakan kepada kami apakah kami bisa memberikan sebuah kantongan kepadanya, yang akan digunakan untuk membungkus nasi jatahnya tersebut untuk dia bawa pergi.

Dia bilang selama ini dia tidak pernah mendapatkan makanan yang begitu enak, dan dia akan bawakan makanan itu untuk diberikan kepada anak bungsunya. Kami semua sangat terkejut.

Bagi kami nasi yang kami lihat setiap hari ini, ternyata begitu berharganya bagi seorang kakek tua yang datang dari desa ini.

Dia sendiri enggan untuk makan, dia menahan lapar, demi untuk disisakan bagi anaknya. Oleh karena itu, seluruh makanan yang sisa yang tidak terbagikan kami bungkus semuanya untuk diberikan kepadanya agar dibawa. Lagi-lagi dia menolak dengan penuh kepanikan, dia bilang dia hanya mau mengambil jatahnya saja, dia tidak mau mengambil keuntungan dari orang lain. Kami kembali dibuat terharu oleh paman tua ini.

Meskipun bukan suatu hal yang besar, akan tetapi bagi saya ini adalah suatu pelajaran yang sangat mendalam.

Tadinya saya berpikir bahwa kejadian ini sudah selesai sampai disini saja, siapa tahu setelah para tamu lainnya sudah turun dari pesawat, tinggallah paman tua itu seorang diri, kami membantunya membawakan karung goninya sampai ke pintu keluar, saat kami akan membantunya menaikkan karung goni tersebut ke punggungnya, mendadak paman tua itu melakukan suatu tindakan yang tak akan pernah saya lupakan seumur hidup: dia berlutut di atas tanah, lalu dengan air mata berlinang dia bersujud kepada kami dan mengatakan, “Kalian semua sungguh adalah orang-orang yang baik, kami orang desa sehari hanya bisa makan nasi satu kali, selama ini kami belum pernah minum air yang begitu manis, tidak pernah melihat nasi yang begitu bagus, hari ini kalian bukan saja tidak membenci dan menjauhi saya, malah dengan ramah melayani saya, sungguh saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih kepada kalian, saya hanya bisa berharap kalian orang-orang yang baik suatu hari nanti akan mendapatkan balasan yang baik”.

Sambil tetap berlutut, sambil berkata seperti itu, sambil menangis, kami semua buru-buru memapahnya untuk berdiri, sambil tiada hentinya menasihatinya dan menyerahkannya kepada seorang penjaga yang bertugas untuk membantunya, setelah itu kami baru kembali ke pesawat untuk melanjutkan pekerjaan kami.

Terus terang saja, selama 5 tahun saya bekerja, di dalam pesawat saya telah menemui berbagai macam penumpang, ada yang tidak beradab, ada yang main pukul, juga ada yang berbuat onar tanpa alasan, tapi kami tidak pernah menjumpai orang yang berlutut kepada kami, terus terang kami juga tidak melakukan hal yang khusus kepadanya, hanya menuangkan air agak sering untuk beliau, hal ini telah membuat seseorang yang telah berumur 70 tahun lebih berlutut untuk berterima kasih kepada kami, lagi pula melihat dia memanggul satu karung ketela merah kering, dia sendiri rela tidak makan dan menahan lapar demi membawakan anaknya nasi yang dibagikan di pesawat, juga tidak mau menerima nasi jatah milik orang lain yang bukan menjadi miliknya, tidak serakah, saya sungguh merasakan penyesalan yang amat mendalam, lain kali saya harus bisa belajar berterima kasih, belajar membalas budi orang lain.

Adalah paman tua ini yang telah mengajarkan kepada saya, bagaimana saya harus hidup dengan penuh kebajikan dan kejujuran.

Source: theepochtimes

10/19/2011

Toddler Run Over by Two Vehicles, Ignored by All But One Trash Collector


Seorang anak berumur dua tahun terbaring lemah dengan kondisi luka parah setelah dua kali tertabrak mobil. Lebih dari sepuluh orang yang melewati anak tersebut tak satu pun yang menolong bocah bernasib malang itu. Peristiwa tragis yang menyentuh rasa kemanusiaan ini menjadi pembicaraan hangat di Cina Selatan.

Kantor berita Xinhua, Senin (17/10) menulis bahwa insiden tersebut memicu kemarahan sosial yang luas di jejaring sosial. Kejadian tragis yang menimpa anak bernama Yue Yue tersebut terekam kamera keamanan.



Dalam rekaman itu, Yue Yue berjalan menyeberangi jalan raya persis di depan toko milik orangtuanya di Kota Foshan, Cina Selatan. Ia tertabrak mobil van dan terlindas. Tak lama kemudian sebuah truk ukuran tiga perempat yang melintas juga melindas bocah balita yang sudah tak berdaya tersebut. Seakan tak ada rasa kasihan sedikit pun mobil-mobil itu berlalu begitu saja meninggalkan bocah yang terkapar di tengah jalan. Orang-orang yang melintas pun tak ada yang peduli sama sekali.

Barulah orang kesepuluh atau kesebelas peduli dan menolong bocah itu. Wanita pemulung tersebut berteriak-teriak minta tolong. Ibunda Yue Yue pun keluar rumah dan kemudian membopong serta membawanya ke rumah sakit. Dokter rumah sakit menyatakan, Yue Yue kini dalam kondisi koma dan tak mungkin bertahan hidup.

"Dia tidak akan mampu bertahan menjalani setiap operasi. Otaknya hampir mengalami kematian," kata seorang juru bicara rumah sakit yang merawat diri Yue Yue.

Polisi Foshan telah menahan sopir dari dua mobil yang melindas bocah bernasib malang tersebut.

Sementara itu, masyarakat di jejaring sosial berkomentar, bahwa masyarakat kota kini mengidap penyakit antisosial yang sangat parah. Tak ada lagi rasa kemanusiaan. Rekaman kejadian tragis tersebut diunggah pula di Youtube.

Video lainnya:


Berikut beberapa opini dari para netizen:
“They didn’t ignore the girl, they just didn’t dare help her,” said one comment among many that said that Chinese law had helped create a fear of intervening.
"Mereka tidak mengabaikannya, mereka hanya tidak berani menolongnya," dikatakan seseorang bahwa hukum di Cina membuat mereka tidak berani campur tangan.


“Even if the passers-by couldn’t rescue her, they could dial 120 and 110 [China’s emergency numbers] and help to stop vehicles, then the little Yueyue wouldn’t have been run over by the second car.”
"Bahkan jika mereka(pejalan kaki) tidak dapat menolongnya, mereka bisa menghubungi 120 dan 110 (nomor telepon darurat di Cina) dan membantu memberhentikan kendaraan yang lewat, sehingga Yueyue kecil tidak akan tergilas oleh kendaraan kedua."


My opinion:
"Yes, the driver do the crime. They (the passers) didn't do the crime but they are have a serious problem with human sense. Karma will visit these heartless peoples in the future. Just want to remember these people a quote, it said : "If moderation is a fault, then indifference is a crime."
"Ya, supirlah yang melakukan kejahatan. Mereka (pejalan kaki) tidak melakukannya tetapi mereka memiliki masalah kemanusiaan yang serius. Karma akan mendatangi orang-orang yang tidak memiliki hati tersebut di masa mendatang. Hanya ingin mengingatkan sebuah quote, yang berbunyi : "Jika menyakiti diri sendiri adalah sebuah kesalahan, maka sikap acuh tak acuh adalah sebuah kejahatan"."

Source: yahoo, youtube, & telegraph.co.uk

1/23/2011

The longest bridge over the sea from China

Cina Membangun Jembatan Laut Terpanjang Dunia: Jembatan Haiwan Qingdao


Pada 42,5 kilometer, Qingdao Haiwan Bridge, menghubungkan kota Qingdao di Provinsi Shandong China Timur dengan Kabupaten Huangdao pinggiran kota di seluruh perairan bagian utara Jiaozhou Bay, adalah jembatan terpanjang di atas air. Jembatan 6 jalur jalan hampir 5 kilometer lebih panjang dari pemegang rekor sebelumnya, Danau Pontchartrain Causeway di negara Amerika Louisiana. Ketika membuka untuk lalu lintas akhir tahun ini, jembatan ini diharapkan dapat melakukan lebih dari 30.000 mobil sehari dan akan memotong waktu bepergian antara kota Qingdao dan daerah suburban yang luas, Huangdao antara 20 dan 30 menit.



Jembatan ini dibangun hanya dalam waktu 4 tahun dengan biaya US $ 8,6 miliar. Setidaknya 10.000 pekerja bekerja keras dalam dua tim untuk membangun jembatan, yang dibangun dari ujung yang berbeda dan dihubungkan di tengah dalam beberapa hari terakhir. 450.000 ton struktur baja didukung oleh 5.200 kolom dan cukup kuat untuk menahan gempa berkekuatan 8 Skala Richter, topan atau dampak dari kapal 300.000 ton.

Source: klikunic.com