Header

Tampilkan postingan dengan label judge. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label judge. Tampilkan semua postingan

10/20/2012

What’s Your Problem-Solving Style?


Banyak dari kita mungkin berharap tidak mengalami begitu banyak masalah dalam hidup ini. Jika hanya membuat kita terjebak, seperti, "Mengapa saya?", kita tentunya lebih memilih memiliki kehidupan yang mengalir mudah. Namun, mengingat bahwa hidup ini penuh dengan masalah, mungkin pilihan terbaik adalah dengan memecahkan masalah tersebut.

Terkadang masalah datang dikarenakan kita membuat keputusan yang buruk. Beberapa datang karena hubungan kita dengan orang lain dan beberapa datang melalui kecerobohan orang lain. Beberapa masalah kita juga datang dari perasaan kita sendiri dan cara kita memandang hidup ini.

Pemecahan masalah yang efektif meningkatkan rasa nyaman, suasana hati, harapan dan kepercayaan diri Anda. Belajarlah bagaimana cara untuk memecahkan masalah dapat meningkatkan kesehatan Anda secara keseluruhan. Selain itu, kemampuan pemecahan masalah itu dapat diajarkan. Orang-orang tidak dilahirkan untuk mengetahui bagaimana memecahkan masalah.

Di dalam buku Solving Life’s Problems, penulis menunjukkan bahwa masalah-masalah meliputi: tidak mengetahui apa yang harus dilakukan, melihat sebuah keadaan itu rumit, yang bingung tentang tujuan konflik, tidak tahu bagaimana melakukan sesuatu, tidak memiliki cukup waktu atau sumber daya untuk menangani masalah, atau takut untuk mencoba karena takut gagal atau masalah emosional lainnya.

Langkah pertama dalam pemecahan masalah
Ketika dihadapkan dengan masalah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menerima masalah tersebut. Percayalah pada kemampuan Anda untuk mengatasinya dan miliki sikap positif tentang kondisi saat itu. Menjadi takut akan masalah malah akan menguras energi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Tapi lebih dari itu, kecenderungan alami kita ketika kita takut adalah lari dan menghindari jika kita bisa. Menghindari masalah cenderung untuk membangun kecemasan kita, stres dan ketidaknyamanan, tetapi kita tetap saja melakukannya.

Kita bisa saja menghindarinya. Dan kita juga bisa melompat secara impulsif sehingga kita dapat menyingkirkan masalah sesegera mungkin. Tentu saja, jika kita belum berpikir untuk melaluinya, kita cenderung untuk mengambil tindakan yang tidak efektif atau malah membuat situasi semakin buruk.

Beberapa dari kita berkecil hati hanya karena memiliki masalah. Kita tidak ingin memecahkan masalah. Mungkin kita sudah tidak punya pengalaman positif di masa lalu sehingga kita memperkirakan akan gagal kembali. Ketika kita tidak bisa memikirkan solusi yang cepat, kita mungkin meragukan diri kita sendiri dan melihat masalah tidak terpecahkan. Kita menyerah dan melihat diri kita sebagai kegagalan.

Ada juga yang menjadi marah ketika mengalami masalah. Kita melihat masalah sebagai hal yang tidak dapat ditoleransi. Kita berkata, lalu lintas tidak seharusnya begitu padat, pelanggan seharusnya tidak begitu rewel, dan mereka tidak seharusnya mengenakan harga sewa yang begitu tinggi. Kita melawan masalah dengan meneriaki pengemudi lain, menekan klakson, dan berdebat dengan pelanggan yang mengeluh.

Tak satu pun dari reaksi di atas adalah apa yang disebut sebagai Positive Problem Orientation. Sebuah orientasi positif berarti berhubungan dengan pemecahan masalah yang lebih baik, melihat masalah sebagai tantangan, bukan ancaman, yang realistis dan optimis, dan melihat masalah dapat pecahkan, memiliki kepercayaan diri dalam kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dan pemahaman bahwa menyelesaikan masalah yang sulit dibutuhkan ketekunan dan usaha. Kita harus bersedia berkomitmen untuk memecahkan masalah daripada menghindarinya.

Gaya-gaya memecahkan masalah
Berikut adalah gaya-gaya dalam memecahkan masalah. Di antaranya adalah gaya rasional, impulsif/kecerobohan, dan penghindaran.

Gaya rasional mencakup perencanaan yang disengaja dan sistematis. Individu dengan gaya ini cenderung untuk mengumpulkan informasi yang relevan dan fakta-fakta, mengidentifikasi hambatan, menetapkan tujuan yang realistis dan menghasilkan berbagai solusi alternatif. Mereka kemudian membandingkan pro dan kontra dari solusi alternatif dan menyusun rencana yang efektif.

Gaya impulsif/kecerobohan melibatkan upaya aktif untuk memecahkan masalah, tetapi secara terburu-buru, dengan tidak lengkap. Orang dengan gaya ini cenderung untuk pergi dengan pasangan pertama atau memiliki banyak ide tetapi tidak mempertimbangkan konsekuensi dari ide-ide mereka.

Gaya penghindaran ditandai dengan penundaan. Individu dengan gaya ini cenderung pasif, menyangkal keberadaan masalah dan cenderung bergantung pada orang lain untuk memecahkan masalah bagi mereka.

Untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah yang baik, mengembangkan sikap positif dan sebuah kemauan untuk meningkatkan kemampuan rasional Anda adalah langkah pertama.

Minggu ini, ketika Anda menghadapi masalah, pertimbangkan untuk melihatnya sebagai tantangan. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki masalah dan Anda akan memiliki lebih banyak masalah lagi. Berkomitmenlah untuk menjadikannya tugas yang harus Anda selesaikan dan jangan biarkan hal itu merusak hari Anda atau menakuti Anda. Lihatlah ada berapa banyak alternatif yang berbeda yang dapat Anda pikirkan untuk memecahkan masalah. Pergilah ke setiap alternatif tersebut dan pertimbangkan mana yang terbaik untuk Anda.

Tolaklah penundaan dan berpikirlah tentang situasi yang Anda lewati sekarang. Jika Anda melihat bahwa Anda sedang menghakimi diri Anda sendiri, lupakanlah penghakiman tersebut dan berkonsentrasilah pada solusi yang Anda pilih.

Source: psychcentral

4/20/2012

Don't Judge People by Their Appearance - The Story


Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka meminta janji. Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

“Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard”, kata sang pria lembut.
“Beliau hari ini sibuk,” sahut sang Sekretaris cepat.
“Kami akan menunggu,” jawab sang wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

“Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi,” katanya pada sang Pimpinan Harvard. Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.

Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.
Sang wanita berkata padanya, “Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini, bolehkan?” tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap.

Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. “Nyonya ,Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.”katanya dengan kasar

“Oh, bukan, Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.” Sang wanita menjelaskan dengan cepat.

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, “Sebuah gedung?! Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung ?! Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard.”

Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, “Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?” Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.

Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di Amerika Serikat.

Kita, seperti Pimpinan Harvard itu, seringkali silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, "Jangan Menilai Seseorang Dari Bajunya"

Source: pempek nyonya